Jumat, 26 Oktober 2012

0 Harga Karet Terus Melemah


MEDAN-Harga karet ekspor Indonesia terus melemah di bawah 3 dolar AS per kilogram akibat harga minyak mentah turun lagi di pasar menjadi 88,34 dolar per barel dalam pasar perdagangan berjangka.
“Benar, harga karet ekspor tren melemah lagi di bawah 3 dolar AS,” jelas Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah, Rabu (24/10).
Dia mencontohkna harga pada tanggal 23 Oktober 2012 untuk pengapalan November turun menjadi 2,815 dolar AS per kilogram, padahal pada tanggal 19 Oktober harga masih di level 2,877 dolar AS per kilogram.
Penurunan harga disebabkan harga minyak mentah yang juga turun, di mana pada 23 Oktober 2012 malam harga ditutup di posisi  88,34 dolar AS per barel.
Harga jual semakin melemah karena Pemerintah Jepang yang termasuk salah satu pengimpor karet memperketat keuangannya. Langkah itu terbalik dengan rencana semula yakni akan menjalankan stimulus keuangannya.
Padahal, sebelumnya harga karet sempat menguat di atas 3 dolar AS per kilogram pada awal Oktober hingga 11 Oktober , yaitu 3,021 dolar AS per kilogram.
“Mudah-mudahan harga minyak mentah bergerak naik lagi sehingga harga karet juga ikut naik lagi,” jelasnya.
Pemerintah tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand sendiri tetap menjalankan kebijakan penahanan volume ekspor guna menghindari terus anjloknya harga jual komoditas itu.
Pelaku usaha karet sendiri masih yakin harga bisa naik lagi karena mendekati akhir tahun, di mana pabrikan membutuhkan barang lebih banyak untuk stok ibur akhir tahun 2012 dan awal 2013.
Dengan penurunan harga ekspor, harga bahan olah karet (bokar) di pabrikan juga melemah atau tinggal Rp22.500-Rp24.500 per kilogram dari sebelumnya tanggal 19 Oktober masih bisa mencapai kisaran Rp22.900 per kilogram hingga Rp24.900 per kilogram.
Pengamat ekonomi Sumut, Jhon Tafbu Ritonga mengatakan berfluktuasinya harga komoditas harusnya sudah semakin memperkuat upaya pemerintah untuk mendorong perkembangan industri hilir karet di dalam negeri khususnya di Sumut yang menjadi salah satu sentra utama.
Dewasa ini, jelasnya, Sumut masih mengimpor produk karet setelah sebelumnya karet alam itu di ekspor ke berbagai negara. Bahan baku komoditas sangat rentan dengan berbagai faktor seperti nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah, harga minyak mentah dan bahkan situasi negara pengimpor dan pengekspor.
“Kalau mengarah pada produk jadi, di dalam negeri saja, kita sudah dapat nilai tambah yang cukup besar seperti daya serap tenaga kerja dan bisa memenuhi kebutuhan pasar, pemerintah harus memberi kemudahan kepada pengusaha untuk mengembangkan usaha hilirnya,

0 Comments

Bagaimana Pendapat Anda ?